Pengertian dan Jenis Dongeng - Seranai

Portal informasi Pendidikan, Wisata, Kuliner, Keluarga, dan Kesehatan

Breaking

Post Top Ad

16/03/14

Pengertian dan Jenis Dongeng

Dongeng kini telah memudar di kalangan anak-anak, mereka kini lebih banyak berteman dengan dengan gadget dan televisi. Hilangnya dongeng dari telinga anak-anak tidak sepenuhnya salah anak itu sendiri tapi juga orangtuanya. Ada berapa banyak orangtua di era digital ini yang masih suka mendongeng atau mau bercerita pada anaknya khususnya saat dia mau tidur? Entahlah, namun jumlahnya mungkin sedikit. Tulisan saya kali ini tidak berisi kisah dongeng namun lebih kepada apa dongeng itu? Dalam buku  dikatakan ada beberapa hal yang mesti kita ketahui tentang dongeng.

  1. Dongeng dalam pengertian luas merupakan pengungkapan diri manusia, tempat mencari hiburan dan memenuhi angan-angannya,
  2. Dalam ensiklopedi Indonesia, dongeng memiliki pengertian cerita singkat tentang hal-hal yang aneh dan tidak masuk akal. Berbagai kesaktian yang biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran, dan putri,
  3. Pada umumnya dongeng tidak diketahui siapa pengarangnya dan terkadang hanya diketahui nama pengumpul atau penyadurnya saja,
  4. Berdasarkan muasalnya, dongeng berasal dari Bangsa Thai di Yunan, tetapi kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Di Indonesia, dongeng tersebar dari Aceh hingga Maluku Tenggara.
  5. Berdasarkan isi, dongeng sendiri dibedakan menjadi 5 macam :
    • Fabel, yaitu dongeng yang berisi tentang dunia binatang. Contoh : “Kancil dengan Buaya”.
    • Legenda, dongeng yang berhubungan dengan keajaiban alam, biasanya berisi tentang kejadian suatu tempat. Contoh : “Rawa Pening”, “Asal-usul Danau Toba”, “Asal Mula Gunung Batu Benawa”.
    • Mite, dongeng tentang dewa-dewa dan makhluk halus. Isi ceritanya tentang kepercayaan animisme. Contoh : “Nyi Roro Kidul”.
    • Sage, dongeng yang banyak mengandung unsur sejarah. Namun karena diceritakan dari mulut ke mulut, lama kelamaan terdapat tambahan  cerita yang bersifat khayal. Contoh : “Joko Tingkir”.
    • Parabel, dongeng yang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan atau cerita pendek dan sederhana yang mengandung ibarat atau hikmah sebagai pedoman hidup. Contoh : “Si Malin Kundang”.
Contoh salah satu cerita dongeng (legenda) :

Asal Mula Gunung Batu Benawa

Konon pada jaman dahulu kala, di Desa Pagat, Kalimantan Selatan, hiduplah seorang janda tua bernama Diang Ingsung dengan seorang anaknya yang bernama Raden Penganten. Kehidupan mereka berdua diliputi dengan rasa kasih sayang, karena keluarga itu hanya terdiri dari dua orang sehingga tidak ada anggota keluarga lain tempat membagi kecintaannya.

Kehidupan mereka sangat sederhana. Mereka hanya hidup dari alam sekitarnya, tanaman hanya terbatas pada halaman rumahnya, demikian pula perburuannya terbatas pada binatang-binatang yang ada di sekitar desa mereka. Karena itulah maka pada uatu hari Raden Penganten berminat untuk pergi merantau, mencari pengalaman dan kehidupan baru di negeri orang. Demikian keras kehendak Raden Penganten, sehingga walaupun ia dihalang-halangi dan dilarang ibunya, ia tetap juga pada kemauannya.

Akhirnya, si ibu hanya tinggal berpesan kepada anak satu-satunya yang ia kasihi, agar anaknya membelikan sekedar oleh-oleh apabila anaknya kembali dari perantauan. Maka, berangkatlah Raden Penganten ke sebuah negeri yang jauh dari desanya. Di sana ia dapat memperoleh rezeki yang banyak, karena selalu jujur dalam setiap perbuatannya. Di sana ia dapat pula menabungkan uangnya hingga dapat membeli barang-barang yang berharga untuk dapat dibawa kembali kelak. Di perantauan, Raden Penganten dapat pula menikah dengan seorang putri dari negri tersebut yang cantik paras mukanya.

Demikianlah maka Raden Penganten dapat tinggal di perantauannya, untuk beberapa tahun lamanya. Pada suatu ketika timbullah niat Raden Penganten untuk kembali ke negerinya dan menjumpai ibunya yang telah lama ia tinggalkan.

Dibelinya sebuah kapal, lalu dipenuhi dengan barang-barang. Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah ia bersama istrinya menuju kampung halaman di mana ibunya tinggal. Berita kedatangannya itu terdengar pula oleh ibunya. Ibunya yang sekarang telah tua, dengan sangat tergesa-gesa datang ke pelabuhan untuk menjemput anaknya yang tercinta.

Namun ketika sampai di pelabuhan, betapa kecewanya hati Diang Ingsung, jangankan mendapat oleh-oleh yang dipesannya dulu, mengakui dirinya sebagai ibu yang telah melahirkannya pun, Raden Penganten tidak mau. Rupanya, di depan istrinya yang cantik jelita, ia merasa malu mengakui Diang Ingsung yang telah tua renta dan berpenampilan sangat bersahaja itu sebagai ibunya.

Betapa besar rasa kecewa dan sakit hati Diang Ingsung. Tapi ia masih berusaha menginsafkan anaknya yang durhaka itu, tapi Raden Penganten tetap membantah dan tetap tidak mau mengakui ibunya itu. Ia malahan membelokkan kapalnya mengarah ke tujuan lain meninggalkan pelabuhan dan Diang Ingsung yang hancur hatinya karena perbuatan anaknya yang durhaka.

Dengan hati yang penuh diliputi rasa kecewa dan putus asa, Diang Ingsung lalu memohon kepada yang Maha Kuasa agar anaknya mendapat balasan yang setimpal dengan kedurhakaan terhadap dirinya. Seketika itu juga datanglah badai dan topan menghempaskan kapal Raden Penganten hingga pecah menjadi dua. Tentu saja seluruh isi kapal itu termasuk anaknya yang durhaka tenggelam dan binasa. Adapun bekas pecahan kapal itu kemudian berubah menjadi gunung batu yang kemudian dinamakan Gunung Batu Banawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setiap untaian kata yang tertulis, mencerminkan sebuah kepribadian. Bijaklah dalam Menulis.

Post Bottom Ad

Pages