Pendidikan di Era Media sosial - Seranai

Portal informasi Pendidikan, Wisata, Kuliner, Keluarga, dan Kesehatan

Breaking

Post Top Ad

02/04/14

Pendidikan di Era Media sosial


Tanggal 2 Mei sebagaimana seperti tahun-tahun sebelum diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Walaupun telah diperingati setiap tahun namun selalu saja setiap tahun kembali lagi ada cerita kenapa harus Ki Hajar Dewantara yang menjadi Ikon Bapak Pendidikan Nasional bukan KH. Ahmad Dahlan yang menjadi Bapak Pendidikan Nasional. Padahal KH. Ahmad Dahlan sudah merintis pendidikan Muhammadiyah jauh sebelum Ki Hajar Dewantara terkenal bersama Taman Siswanya. Terlepas dari kontroversi hal tersebut yang pastinya akan berujung semuanya itu tergantung pada pemerintah siapa yang mereka ingin tetapkan jadi Bapak Pendidikan Nasional.

Arti sebuah pendidikan kini sepertinya mulai menyempit ke dalam lingkup sekolah saja. Para orangtua seakan menyerahkan sepenuhnya yang namanya pendidikan ke dalam sekolah bahkan arti sebuah sekolah juga mulai menurun dari sebuah tempat mencari ilmu menjadi tempat mendapat ijazah. Sekolahpun menjadi sebuah tempat yang prestisius. Sekolah kini mulai berkasta dari sekolah bertaraf (ada juga yang bilang bertarif) internasional sampai sekolah pinggiran. Gurunya pun bahkan terpisah mulai dari penamaan guru pns, non pns dan honorer.

Selain mulai mengerusnya arti sebuah pendidikan, kehadiran media sosial juga membuat pendidikan kini semakin mengecil. Kalau dulu kita sedang kesulitan dalam mengerjakan PR harus ke perpustakaan buat cari buku atau ke rumah teman untuk ikut kerja kelompok namun kali ini cukup bertanya pada eyang google maka semua beres. PR kini tak lagi momok yang menakutkan. Selain itu ada satu alat lagi yang juga menggerogoti dunia pendidikan di era sekarang ini bahkan bisa dibilang alat ini menjadi ajang sebuah pencarian jati diri. Alat ini bernama Media Sosial.

Pendidikan Media sosial

Serbuan banyaknya media sosial mulai dari blog, facebook, twitter, google plus dan banyak lagi lainnya harus disikapi dengan sebaik-baiknya bahkan kalau perlu kita memberikan sebuah pendidikan media sosial agar mereka bisa memfilter hal-hal buruk dari media sosial tersebut. Bukankah sering kali di televisi terdengar cerita adanya wanita yang diperkosa oleh teman yang dikenalnya lewat media sosial.

Media sosial mungkin bagi para siswa kita adalah sebuah tempat dimana mereka bisa berekspresi dengan bebas bahkan tanpa batas. Sering kali kita melihat siswa kita terlihat santun dan berpakaian sopan saat di sekolah namun ketika dia merambah di media sosial, hal yang kita lihat bisa saja berubah 1800, media sosial bisa menjadikan mereka orang-orang yang penuh kata-kata kasar dan suka mengupload foto-foto yang seharusnya tak pantas diperlihatkan pada orang lain.

Untuk meminimalisir hal-hal semacam itu memang ada baiknya diberikan pemahaman tentang batas-batas media sosial atau dengan kata lain, memberikan mereka pelajaran internet sehat. Selain itu pemberian pendidikan media sosial pada siswa mesti dilakukan secara berkesinambunag namun jangan dimaksudkan untuk menggurui mereka tapi lebih kepada saling berbagi karena kalau kita terkesan menggurui mereka tentang media sosial malah kadang tak dianggap dan pada akhirnya akan berlalu begitu saja. Atau bisa juga dijadikan sebagai sebuah ekstrakurikuler di sekolah sehingga bisa lebih terarah.

Selain guru, peran orangtua juga sangatlah penting untuk mendidik anak dalam menghadapi dunia tanpa batas tersebut. Salah satunya adalah adanya pendidikan agama dan moral yang baik dan tentunya untuk pendidikan agama dan moral harus dimulai dari orangtua itu sendiri. Jangan kita menyuruh anak kita menjadi baik namun kita sendiri sebagai orangtua juga ternyata tidak lebih baik dari anak kita.

Media sosial Untuk Pendidikan

Selain bercerita tentang dampak buruk media sosial, mungkin ada baiknya kita sebagai guru juga terus mempelajari media sosial itu sendiri agar bisa dijadikan media pembelajaran seperti halnya presentasi. Salah satu media sosial yang sering dijadikan media pembelajaran adalah edmodo. Namun sebenarnya semua media sosial bisa dijadikan sebagai media pembelajaran asal kita bisa mengelolanya dengan baik.

Banyak guru sudah memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan minat para siswa mereka dalam belajar walaupun memang pada akhirnya penggunaan media sosial semacam ini mesti ditunjang sarana dan prasarana yang memadai baik dari guru maupun murid itu sendiri. Bagaimana kita mau mengajar menggunakan media sosial kalau muridnya tak punya alat untuk mengakses media sosial tersebut, misalnya HP atau komputer.

Media sosial memang seperti pisau bermata dua. Ia dapat membuat pelajar lebih berprestasi atau malah membuat prestasi mereka semakin menurun, semua itu tergantung bagaimana pemakaiannya. Namun yang jelas peran orangtua dan guru sangatlah penting bagi seorang anak dalam penggunaan media sosial ini. Ketika kita bisa memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial diharapkan nantinya mereka bisa memfilter diri sendiri karena yang namanya informasi tanpa batas maka tentunya akan ada informasi negatif yang akan mereka terima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setiap untaian kata yang tertulis, mencerminkan sebuah kepribadian. Bijaklah dalam Menulis.

Post Bottom Ad

Pages